PUISI-PUISI ONSI GN
Oleh Onsi GN (Mahasiswa Universitas Nusa Cendana. Prodi : Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia)
Gadis Itu Lupa Namanya
Berawal dari puisi-puisi malam yang saya tuliskan untuknya dengan harap dia mengartikan lewat mimpi-mimpinya tanpa harus memecahkan bibir dengan suaranya.
Apa yang harus saya katakan?
Tidak bisa?
Lupa?
Ataukah susah?
Ah… Berbuatlah seadanya.
Sampai ia lupa tanda tanya saat membacanya.
Saya harus menulisnya dari ujung kaki sampai pada ujung rambut di atas pusaran Otaknya.
Dan dia akan lupa membaca wajahnya bahkan namanya.
Iman yang Amin
Ada yang lupa bersyukur ketika wajah dibalut tegur
Refleksi penuhi ruang repetisi berharap selesai
Bukankah ini iman yang selalu kita sebut amin?
Jangan pernah pulang sebelum tubuhmu memadamkan lilin
yang tak pernah kau nyalakan dan nyatakan.
Tanggal Sembilan
Dari cerita yang sama bahwa kita harus setia
Bermula dari keinginan berujung kenyataan
Semuanya tidak perlu dijelaskan lagi
Hanya saja kita sibuk mendefinisikan arti
Dan persoalan menjalar dengan kepalan fajar
Satu, dua, tiga tidak mau mendengarkannya lagi
Siapa yang harus kamu dengarkan?
Para penjahit?
Bisa saja kamu diajarkan menjahit sepotong kain untuk dijadikan sebuah jas.
Ataukah mereka yang katanya menyejahterakan kita?
Apakah kita harus mendengarkan mereka yang sibuk membaca keadaan?
Dengarkanlah yang ada sampai kau tahu dia bahwa ia sedang membaca puisi-puisi anak negeri.***