Lewoleba,Awal Februari, untuk seorang teman lama
BALADA BUNGA-BUNGA BAKUNG
Kami melihat begitu banyak,
Mendengar begitu banyak,
Tentang cinta yang baru merekah,
Dan patah hati yang menyiksa.
Gadis ini, seharian berpekur dengan airmata,
Kami simak ratapnya, agar sebentar bisa bercerita,
“Apa salah saya? Saya pun tak meminta dilahirkan sebagai wanita!”
Angin berhembus cukup kencang,
Derai tangisnya meluruh bersama bayu, semakin deruh, semakin piluh.
Oh ya, aku tahu gadis ini,
Bibirnya warna merah delima, matanya samudera tak terselam,
Senyumnya, menakluk jutaan ksatria,
Tetapi airmatanya, membuat buana terdiam.
Apa yang salah dengan darah muda si bunga desa,
Angin berbisik katanya dia akan dijodohkan,
Karena utang bapaknya,
Telah jatuh tempo setahun lewat.
Rupanya begitu kisahnya yang nadir,
Sampai dia mengutuk takdir,
Mengapa terlahir sebagai wanita, karena jika dia pria,
Tak mungkin dia menjadi tumbal.
Lewoleba, awal Februari, untuk seorang adik yang rupawan.
BALADA KARANG-KARANG TAJAM