Puisi Balada Bunga-Bunga Bakung

Oleh: Irene Kanalasari Inaq

Lewoleba,Awal Februari, untuk seorang teman lama

BALADA BUNGA-BUNGA BAKUNG

Kami melihat begitu banyak,
Mendengar begitu banyak,
Tentang cinta yang baru merekah,
Dan patah hati yang menyiksa.

Gadis ini, seharian berpekur dengan airmata,
Kami simak ratapnya, agar sebentar bisa bercerita,
“Apa salah saya? Saya pun tak meminta dilahirkan sebagai wanita!”
Angin berhembus cukup kencang,
Derai tangisnya meluruh bersama bayu, semakin deruh, semakin piluh.

Oh ya, aku tahu gadis ini,
Bibirnya warna merah delima, matanya samudera tak terselam,
Senyumnya, menakluk jutaan ksatria,
Tetapi airmatanya, membuat buana terdiam.

Apa yang salah dengan darah muda si bunga desa,
Angin berbisik katanya dia akan dijodohkan,
Karena utang bapaknya,
Telah jatuh tempo setahun lewat.

Rupanya begitu kisahnya yang nadir,
Sampai dia mengutuk takdir,
Mengapa terlahir sebagai wanita, karena jika dia pria,
Tak mungkin dia menjadi tumbal.

Lewoleba, awal Februari, untuk seorang adik yang rupawan.

BALADA KARANG-KARANG TAJAM

BACA JUGA:
Sengketa Harta Warisan Mantan Istri Sule, Teddy Versus Anak Sule
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More