Pengabdian cinta: redam malam berpaham rindu, magis terintih melapis kalbu, terjang usang gelombang, nikmat memikat tersayat syaduh. Suamiku, dalam nilam merajam restu, manis miris bergamis madu. Halang hilang terlekang ramu, gurat ayat suci berhayat satu.
Hatiku
Layu
Samar memilu
Ingin ku memelukimu
Ia memberi jeda pada tulisan itu, tunduk dan menangis sejadi-jadinya. Namun apa daya, piring kaca berisi mie panas sudah terlebih dahulu meremukan wajahnya. Ditambah lagi tendangan dan tumbukan keras sampai ia tersungkur dan jatuh di dekat pojok doa pribadinya. Darah segar mengalir deras dari mukanya, ia lemah tak berdaya. Namun, buku bacaan itu masih tetap kekar di tangannya. Ia melanjutkan bacaannya dengan suara yang keras dan putus-putus serasa ia kehabisan nafas.
Asmara,
Memeluk pusara
Hadirkan diriku sebentar bukan selamanya
Hapus kisah derita
Sunting duka derita
Selesailah sudah. Dengan kondisi yang sekarat tak berdaya ia berusaha mendekati pojok doa membakar tiga buah lilin, warna ungu, merah muda dan putih di tengah. Ia memanggil suaminya datang di sampingnya. Ia mendekati mulut pada telinga suaminya dan berbisik. Disini ada tiga lilin, yang ungu untuk pertobatanmu, yang merah muda untuk sukacitamu, dan yang putih menandakan Dia telah datang, mendekatlah dan bertobatlah. Aku pamit.