OLEH : GERVAS LOLONRIAN
Dari kejauhan terdengar bunyi pecahan piring, diikuti desahan tangis kesakitan. Harmoni dalam bunyi tetapi tidak harmonis dalam tingkah. Kurang ajar, babi bangsat istri macam apa kamu ini, sambil menunjukan jari tengah dengan gagah-gagahnya.
———————- ———— ———————-
Begitulah keseharian sepasang suami istri milenial tersebut. Semburan air ludah dan tamparan adalah semacam kolak hangat dengan aroma kismis warna-warni yang menjadi makanan khas sang istri setiap paginya. Menikah sebulan yang lalu di sebuah gereja persis di samping rumah mereka. Memasukan cincin pada jari dengan janji yang madu ternyata adalah malapetaka dari mulut yang berbisa. Baju pengantin bak malaikat, sepatu pantovel mengkilat tanpa noda adalah atribut yang aktif lima menit kedepan. Setelah itu alamat FB pesta pernikahan meriah tidak aktif satu tahun yang lalu. Ada setelah itu lenyap. “ya saya bersedia” Ungkapan kesiapan adalah bukti nyata kasih dan cinta untuk menjadi satu. Namun, semua hanyalah sandiwara. Aktor yang satu benar-benar menghayati peran sedangkan yang satunya melupakan peran yang sebenarnya. Gereja pun sepi. Berdua saling tatap menyapa kening dengan sepertiga sentuhan. I love u. Too. Keduanya saling menjaga silauan cincin pada jari manis masing-masing agar tidak berkilau salah arah. Pesan romo diakhir homili.