ANAK GURU
dari anak guru, ke guru dan kini kembali ke Sang Guru; anak guru esde dari Latung-lah asalnya, kampung terpencil, mungil di Cibal permai, Manggarai; tapi jangan sekali-kali engkau harapkan dari mulutnya banyak berkata-kata dan penjelasan sana sini tanpa titik; khotbah-khotbahnya singkat, tepat sasar, telak dan menyapa
tapi mengapa seorang guru justru pelit kata? ini jawab dia, ketika bersamanya di suatu senja di Galur: kerugian seorang guru ialah karena terpaksa mengucapkan begitu banyak kalimat yang sebenarnya tersedia untuk anak muridnya cari sendiri; lha, untuk apa dong guru mengajari murid-muridnya?
ini tentang kerugian seorang guru, jawabnya; yah, kerugiannya di mana, tanyaku dengan nada agak keras, seolah-olah penuh keyakinan; yah, pada kalimat-kalimatnya yang panjang-panjang dan tanpa titik itu; hah, dia bukan guru sejatika?; aeh toe ye(=ah tidak!); siapadong guru sejati, kalau begitu
guru sejati adalah yang membuka peluang seluas-luasnya agar murid bergerak melangkah sendiri mengembarai cakrawala-cakrawala kemungkinan ilmu; tindakan terburuk seorang guru adalah kalau dia memberitahukan sesuatu atau menyodorkan informasi-informasi, yang sebenarnya merupakan hak azasi murid untuk menelusuri dan memperolehnya secara mandiri