PETER AMAN OFM DALAM NARASI PUITIK

Oleh Gerald Bibang

ANAK GURU

dari anak guru, ke guru dan kini kembali ke Sang Guru; anak guru esde dari Latung-lah asalnya, kampung terpencil, mungil di Cibal permai, Manggarai; tapi jangan sekali-kali engkau harapkan dari mulutnya banyak berkata-kata dan penjelasan sana sini tanpa titik; khotbah-khotbahnya singkat, tepat sasar, telak dan menyapa

tapi mengapa seorang guru justru pelit kata? ini jawab dia, ketika bersamanya di suatu senja di Galur: kerugian seorang guru ialah karena terpaksa mengucapkan begitu banyak kalimat yang sebenarnya tersedia untuk anak muridnya cari sendiri; lha, untuk apa dong guru mengajari murid-muridnya?

ini tentang kerugian seorang guru, jawabnya; yah, kerugiannya di mana, tanyaku dengan nada agak keras, seolah-olah penuh keyakinan; yah, pada kalimat-kalimatnya yang panjang-panjang dan tanpa titik itu; hah, dia bukan guru sejatika?; aeh toe ye(=ah tidak!); siapadong guru sejati, kalau begitu

guru sejati adalah yang membuka peluang seluas-luasnya agar murid bergerak melangkah sendiri mengembarai cakrawala-cakrawala kemungkinan ilmu; tindakan terburuk seorang guru adalah kalau dia memberitahukan sesuatu atau menyodorkan informasi-informasi, yang sebenarnya merupakan hak azasi murid untuk menelusuri dan memperolehnya secara mandiri

BACA JUGA:
Puisi-Puisi Kata Tanpa Jeda
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More