
Pesonamu Tambora Menangkan Gejolak Jiwaku
Magma, batuan dan abu vulkaniknya tidak terbendung menyapu semua yang ada disekitarnya. Tambora begitu hebatnya mengamuk bahkan tidak hanya sampai di situ, letusan Tambora membuat Eropa mengalami perubahan iklim “a year without summer” yang ternyata berdampak pula pada kehidupan sosial, politik dan budaya pada saat itu. Konon, Napoleonpun tidak berkutik karenanya.
Begitu dahsyatnya Tambora pada saat itu, hingga kinipun Tambora masih berdiri dengan gagah dan angkuhnya. Tambora tak lagi marah. Tambora tak lagi mengamuk. Ketenangannya luar biasa, penuh dengan keanggunan, menyisakan keindahan yang juga tak kalah luar biasanya. Angin berdesir di sela-sela batuan membuat pasir seolah berbisik. Kaldera luasnya yang menghijau segar, kabut putihnya yang membalut lembut memberikan semburat pesona keagungan ciptaanNYA. Tambora butuh ribuan tahun menenangkan dirinya mengembalikan segala yang diluluhlantakannya.
Tapi, aku bukan Tambora. Kemarahan dan kepedihanku tidak butuh ribuan tahun untuk meredakannya Pendakian Tambora bukanlah penaklukan terhadap sebuah gunung legendaris. Tambora tidak butuh aku taklukan. Pendakian Tambora sejatinya adalah penaklukan terhadap diriku sendiri.