Pertobatan Ekologis: Jalan Menuju Keselamatan 

Nah, dalam konteks demikian, maka berhadapan dengan problematika ekologis, dibutuhkan sebuah pertobatan secara ekologis. Sekurang – kurangnya ada satu kesadaran bersama secara radikal, bahwa lingkungan alam sesungguhnya hadiah cuma – cuma dari Sang Pencipta. Lingkungan alam adalah proyeksi kebaikan, kemurahan, kerahiman dan cinta Allah kepada manusia. Allah mesti terlebih dahulu mempersiapkan habitat bagi manusia, agar eksistensi dan perjuangannya lebih dipermudah untuk keberlanhsungan hidupnya. Maka, tanggung jawab moral manusia kepada Sang Pencipta adalah : mengusahakan, memelihara dan melestarikan lingkungan alam. Dengan kesadaran dan pertobatan ekologis yang demikian, setidaknya menjadi berkat tersendiri bagi manusia. Sehingga ada keberkaitan relasional yang konstruktif antara manusia dengan lingkungan alamnya.

Dan inilah makna pertobatan ekologis yang sesungguhnya, sekaligus permenungan tematik di masa Prapaskah yang bertitik fokus pada lingkungan alam, menjadi pintu masuk keselamatan bagi manusia dalam eksistensinya di tengah kehidupannya ( lingkungan alam ). Dan pada akhirnya, pertobatan ekologis berdampak pada keselamatan bagi manusia dan lingkungannya dengan pelbagai nilai : terbangunnya reharmonisasi yang utuh dalam relasi manusia dengan lingkungan alam sebagai wujud reharmonisasi manusia dengan Allah Sang Pencipta, kembalinya martabat manusia sebagai ciptaan istimewa yang memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan alam, teratasinya krisis lingkungan hidup, tersedianya sumber – sumber air bersih yang cukup, lingkungan alam menjadi pemasok oksigen yang cukup bagi manusia, teratasinya bencana kelaparan yang dapat membatasi laju perkembangan angka stunting, pengurangan dampak resiko bencana alam (banjir, tanah longsor). Mari kita menjaga lingkungan alam kita. Bertobatlah, bangun dan lakukan perubahan.***