Pertanian Hemat Air Solusi Sehat di Tengah Krisis Lingkungan

Penulis : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Keberlanjutan, Tinggal di Jakarta)

Walau belum terekspos jurnal ilmiah yang barangkali tidak terlalu penting, prinsip dasar pengalaman berikut ini sama dengan metode ilmiah. Jika itu dialami oleh satu orang, mungkin kebetulan.

Beberapa orang, barangkali karena cocok. Tetapi jika uji coba itu merupakan kesaksian ribuan orang dari berbagai suku dan wilayah geografis, tentu kebenarannya valid.

Dalam hal ini, metode ini sudah dijalani di berbagai kota-kota besar. Selain Kupang, sudah dikembangkan pula di Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Medan, Palembang, Pontianak, Makasar, Surabaya, Denpasar, bahkan Ruteng.

Berlokasi di salah satu sudut sempit Kota Kupang, Porat Antonius mengelola daerah itu dengan beberapa teknik pertanian. Yang saya kupas berikut ini adalah metode baru yang disebut self-watering agriculture (SWA). Mungkin ada metode serupa di tempat lain.

Tetapi saya pribadi, tidak pernah temukan cara demikian itu dalam pencarian di internet, pun pengalaman lain mendampingi standar keberlanjutan untuk petani di beberapa tempat. Lebih menarik lagi karena terkait dua permasalahan di atas, metode ini mampu menampilkan dua dimensi sekaligus: kesehatan dan ekologis.

BACA JUGA:
Globalisasi dan Spiritualitas Ilmu Pengetahuan (Bag. II)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More