Perspektif Filosofis tentang Waktu

Aristoteles memahami waktu seperti kontainer yang menjadi wadah penampung terjadinya peristiwa-peristiwa. Misalnya, kemerdekaan RI tahun 1945. Di sini tahun 1945 dipahami seperti kontainer yang mengandung peristiwa kemerdekaan RI di dalamnya.

Kant mengatakan bahwa waktu itu tidak terdapat di luar diri manusia; waktu itu terdapat secara apriori dalam diri manusia, dan karena sudah apriori terdapat dalam diri, maka kita dapat menggunakan kategori-kategori waktu dalam percakapan, misalnya ungkapan: perubahan, sebelum, sesudah, lambat, cepat, bersamaan, dll.

Heidegger mengatakan bahwa waktu tidak lain dari bentuk ekstatis dari eksistensi manusia yang bersifat triadik: masa lalu, masa kini dan masa depan. Manusia eks-is, artinya: manusia keluar, menjadi mewaktu. Manusia itu sendiri tidak memiliki waktu, tidak berwaktu, melainkan mewaktu. Manusia ada dengan mewaktu (zeitlich). Perbedaan pengertian berwaktu dan mewaktu sangat mendasar. Ungkapan berwaktu mengimplikasikan seakan-akan manusia lebih dulu ada lalu kemudian dia “mengenakan“ waktu, sebagaimana kalau kita mengatakan misalnya bersepeda atau berpakaian. Ungkapan mewaktu berarti bahwa manusia ada, eksis, dengan mewaktu. Manusia adalah kemewaktuan itu sendiri. Waktu itu tidak dikenakan kemudian dalam perjalanan hidupnya, melainkan bahwa ia sendiri mewaktu. Eksistensinya menjadi asal-usul (keme)waktu(an) itu sendiri. Ini sebuah konsep yang menjelaskan kemanusiaan manusia, yakni bahwa ia memiliki kesadaran akan kemewaktuan (Zeitlichkeit) eksistensinya. Kesadaran akan kemewaktuan itu mendorongnya untuk menciptakan kronometer, bentuk-bentuk pengukur waktu objektif. Waktu bagi Heidegger kemudian menjadi horison asali pemahaman  keseluruhan eksistensi dalam struktur triadik tersebut. Dan karena itu, Tertulianus, misalnya mempertentangkan antara kemewaktuan (temporalitas) dengan kekekalan (aeternitas). Kekekalan itu berada di luar waktu. Dalam kekekalan tidak berlaku ungkapan “sebelum“ dan “sesudah“ (ini kategori waktu).

BACA JUGA:
Ayus Sabyan Ngaku Khilaf dan Minta Maaf, Ayah Nissa: Putri Saya Bersumpah Tidak Benar
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More