Peresmian Gedung Baru IFTK Ledalero: Momentum Merawat Jati Diri dalam Konteks Budaya Ja’i Bajawa
Oleh Ando Rodja Sola, Anggota Ikatan Milenial Ngada-Maumere (IMADA MOF)
Momentum peresmian gedung baru IFTK Ledalero secara tidak langsung menjadi media pembetukan karakter dalam konteks budaya. Para penari ja’i yang kebanyakan adalah para mahasiswa dan kaum muda mendapatkan kesempatan untuk merefleksikan jati diri sebagai pribadi yang berbudaya. Bentuk implikasi dari penghayatan terhadap budaya sendiri yang selama ini ditekuni di lingkungan sosial masing-masing, diperankan secara spontan dalam tarin Ja’i. Saat ini peranan kaum muda sangat dibutuhkan untuk meneruskan warisan budaya yang memiliki nilai luhur dan pesan-pesan moral yang terkandung di dalamnya. Tarian Ja’i sendiri bukan hanya merupakan perpaduan gerak dan bunyi gong gendang yang harmonis, tetapi dibalik itu terdapat pesan moral yang ingin disampaikan kepada para penari itu sendiri dan semua orang yang menyaksikannya.
Pertama, sebagai bentuk sukacita atas keberhasilan hidup. Pembangunan gedung IFTK Ledalero yang baru, tentunya tidak luput dari tantangan dan cobaan. Untuk membangun gedung berlantai tiga dengan arsitekturnya yang mewah tentunya membutuhkan biaya dan pemikiran yang tepat. Meskipun sebagai wadah filsafat yang sudah berdiri sejak 1932 di Mataloko dengan berbagai metode pemikiran ideal dan kritis, tantangan dan cobaan dalam usaha pembangunan ini tidak cukup mudah untuk dihadapi. Bentuk sukacita atas keberhasilan ini tentunya harus dirayakan dan diapresiasi. RP. Dr. Lukas Jua, SVD Provinsial SVD Ende dalam khobatnya saat misa syukur peresmian gedung baru menyatakan, keberhasilan pembangunan gendung baru dan berdirinya lembaga pendidikan filsafat hingga saat ini merupakan karya tangan Tuhan. “Kita harus bersyukur karean karya Tuhan menggerakan misi para misionaris untuk membangun lembaga ini, dan sukacita kita adalah keberlanjutan dari segala sesuatu yang telah kita terima saat ini”.