Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045 (Sebuah Refleksi)
Oleh Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
Lebih jauh, bahwa seorang ibu tentunya memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dengan anak-anak, dari pada seorang ayah. Dengan demikian, sudah pasti seorang ibu jauh lebih peka dalam mengenali anaknya dibandingkan dengan sorang ayah. Kehebatan seorang ibu juga tersurat dan terlukis dalam ungkapan ini, bahwa “seorang ibu sanggup memelihara atau menghidupi 10 orang anak, tetapi 10 orang anak, belum tentu dapat memelihara atau menghidupi seorang ibu”. Demikianlah, kehebatan seorang ibu, mereka kaum ibu adalah ibu kehidupan, mereka adalah ibu yang terbaik di dunia ini. Itulah definisi ibu, walau peran ibu sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata. Namun, oleh karena maha pentingnya peran seorang ibu dalam keluarga, maka jika seorang suami atau anak tidak menghormati atau tidak menghargai jasa seorang istri atau ibu bagi anak-anak dalam keluarga, berarti mereka adalah ayah dan anak-anak durhaka.
Ingatlah pula ungkapan ini, bahwa “surga ada dibawah telapak kaki ibu”. Itu berarti suami atau anaka-anak yang tidak menghormati atau tidak menghargai istri atau ibu mereka adalah neraka?Mengapa?Karena para ibu yang telah dipercayai oleh Allah, untuk bersama Allah bekerjasama menciptakan ciptaan baru di dalam rahimnya. Allah memberkati rahim seorang ibu, untuk terciptanya kehidupan baru dan selama ± 9 bulan ciptaan baru hidup dalam perlindungan dan kuasa Allah. Oleh karena itu, Maria ibunda Yesus, bersama semua ibu di dunia adalah co-creator Allah, dalam karya penciptaan manusia. Oleh karena rahimnya diberkati Allah dan Allah berkenan memberi kehidupan, maka rahim seorang ibu adalah surga bagi ciptaan baru. Maka, melalui refleksi ini jika seorang anak yang telah memperoleh kehidupan surgawi selama ± 9 bulan di dalam rahim ibunya, lalu dia mengkhinati ibunya, maka neraka adalah pelabuhan terakhir hidupnya.