Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045 (Sebuah Refleksi)
Oleh Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
Demikian juga halnya, dengan para ibu masa kini, perannya sama dengan peran Maria ibu Yesus. Kasih sayang seorang ibu, tiada tara dan tiada duanya, sangat berbeda dengan kasih sayang seorang ayah tentunya. Tanpa mengecilkan peran seorang ayah, seorang ibu adalah simbol kehidupan keluarga. Mengapa?Karena peran ibu dalam keluarga terasa “bikin hidup lebih hidup”. Mungkin terlalu bombastis kalau saya katakan kehadiran dan peran seorang ibu dalam keluarga menjadikan keluarga lebih sempurna. Seorang ibu dalam keluarga adalah bak “pahlawan”, dia bisa juga berperan sebagai seorang ayah dengan sangat baik dan sempurna. Karena itu seorang ibu, bisa disebut sebagai “single parent”, saat suami telah tiada, dan sebaliknya, saat istri atau ibu dari anak-anak telah tiada, seorang ayah tidak lazim disebut sebagai “single parent”. Sebutan ibu sebagai orang tua tunggal (single parent), lantaran seorang ibu bisa berperan ganda, baik sebagai seorang ayah, maupun sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya. Sedangkan seorang ayah, harus diakui, dia tidak bisa berperan secara sempurna seperti peran seorang ibu dalam keluarga. Seorang ibu dalam keluarga memang sungguh luar biasa, tidak tertandingi oleh siapapun. Sesungguhnya seorang ibu dengan intuisinya, jauh lebih memahami situai rumah tangga dari pada seorang ayah. Karena itu, jika seorang ibu disebut sebagai ibu bijak, ada benarnya juga, sebab dia lebih memahami dan menyelami situasi anak dan keluarganya dari pada seorang ayah. Ibu lebih menggunakan hati (perasaan) dalam memutuskan sesuatu dalam keluarga, dari pada seorang ayah yang lebih menggunakan rasionalisasi (akal).