Perayaan Paskah Tanpa Perubahan Hanyalah Seremonial dan Sandiwara Iman
Oleh Dionisius Ngeta, Koordinator Umum YASBIDA Cabang Sikka
Pada sisi yang lain, Maria Magdalena adalah personifikasi pribadi yang belum mengerti dan belum percaya bahwa Yesus sudah bangkit. Hal itu disebabkan karena dia terlalu lama dan terlalu dalam berada dalam “kuburan” kesedihan. Kesedihan itu bahkan membuatnya tidak bisa mengenal Yesus dan percaya akan kebangkitan. Yesus yang ada di depan matanya pun dikira penjaga/penunggu taman. Karena itu segera beralih dan berani membongkar “batu penutup” yang menghalangi terciptanya perubahan adalah sebuah keniscyaan
Yesus mengenal suasana bathin setiap orang yang percaya kepadaNya, sebagaimana Dia mengenal Maria Magdalena. Segala perjuangan hidup dan pergolakan bathin setiap orang akibat keterpurukan dan tantangan untuk bangkit-berubah dalam hidup tentu diketahuiNya. Hanya perlu belajar untuk lebih rendah hati, mengenal sapaanNya dan mengulurkan tangan kepadaNya. Yesus tentu akan menyapa dan memanggil setiap orang dengan namanya masing-masing sebagaimana Yesus menggil Maria Magdalena. Hanya saja diperlukan keterbukaan dan kejujuran. Di saat itu kita akan mengenal bahwa itulah suara “Sang Guru”, Yesus yang telah bangkit mulia. “Guru”, yang membuat kita mengerti dan sungguh-sungguh percaya akan kebangkitanNya. Guru yang dapat membuat kita bangkit kembali dari keterpurukan dan kelemahan-kelemahan manusiawi, lalu menjadi pewarta dan saksi kebangkitanNya. Seperti Maria Magdalena, kita tentu mengalami perkembangan iman dan perubahan hidup yang luar bisa karena telah mengenal suara dan melihat Tuhan.