Perayaan Paskah Tanpa Perubahan Hanyalah Seremonial dan Sandiwara Iman

Oleh Dionisius Ngeta, Koordinator Umum YASBIDA Cabang Sikka

Perkembangan mengandaikan ada perubahan dan perubahan mengandaikan apa yang tedinya hanya kemungkinan bisa menjadi fakta/kenyataan. Artinya untuk berkembang harus memiliki sikap untuk berubah. Jika tidak mau berubah, maka perekembangan tidak akan pernah menjadi kenyataan dalam kehidupan. Banyak orang mau berkembang dalam hidupnya termasuk berkembang dalam iman, harapan dan kasih. Tapi mereka tidak bersedia berubah. Cara berpikir, cara bertindak, cara berperilaku, cara pandang masih seperti yang dulu.

Sebagai salah satu buah dari Paskah, perubahan hendaknya menjadi cita-cita bagi setiap umat kristiani, para pengikut Kristus yang merayakannya. Obama, terkenal dengan semboyang: “Change and Yes We Can”. Dia menawarkan perubahan. Perubahan hendaknya menjadi cita-cita setiap orang. Dan jika semua orang memiliki cita-cita yang sama, maka perubahan akan dapat terjadi kita lakukan. Namun tidak semua orang mau membuatnya menjadi nyata dalam hidup. Tidak sedikit orang yang hanya berkutat pada bibir saja atau sebatas pada tataran wacana dan kata-kata. Mereka sulit melakukan perubahan karena terikat oleh pola-pola dan cara-cara hidup lama. Atau mereka masih berada dalam “kuburan” cara pandang dan perilaku lama. Mata hati, pikiran dan perilaku masih ditutupi batu penghalang untuk bangkit-berubah seperti kemunfikan, egoisme, konsumerisme, fanatisme, hedonisme, saparatisme, korupsi, terorisme dan hal-hal lain yang bersifat deskruktif dan berakibat pada penderitaan, perpecahan, kemiskinan bahkan kematian secara fisik maupun rohani.

BACA JUGA:
Kepemimpinan Jokowi: Tidak Sekedar Meninggalkan Legesi
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More