Pendidikan Katolik Keuskupan Larantuka Vox Populi-Vox Dei; Merefleksikan Hari Pendidikan Katolik Keuskupan Larantuka

Pendidikan tidak hanya semata membelajaran ilmu pengetahuan dan ketrampilan semata-mata melainkan lebih pada pembelajaran dan penanaman nilai-nilai, norma dan sikap-sikap kehidupan bagi Pesesrta didik agar memberikan efek bagi pembentukkan kepribadian Peserta didik. Dengan demikian, Peserta didik dapat saling menerima satu terhadap yang lain, saling menghormati tanpa harus merendahkan satu dengan yang lainnya. Peserta didik dapat saling hidup dalam suasana perdamaian, kerukunanan dan dalam suasana sukacita dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Sejarah Pendidikan Katolik Keuskupan Larantuka

Socrates, seorang filsuf kenamaan dalam refleksinya tentang hidup bernadar demikian “Kenalilah dirimu sendiri. Karena hidup yang tak direfleksikan, tak layak dihidupi”. Itulah sebabnya, Socrates berjalan sendirian mengeliling kota Atena, sambil mempertanyakan tentang kesejatian dirinya yang bermuatan kasih. Akhirnya, ia cuma mampu berkata demikian : “Orang tak bisa memandang dirinya sendiri. Yang bisa melihat dirinya hanya orang lain. Dan orang bisa melihat diri orang lain, mengandaikan ia sungguh terlibat dan mengenal pribadi orang lain dari dekat”. Dan diakhir refleksinya, Socrates menyimpulkan bahwa kasih itu menjadi abstrak jika tidak dibuktikan dalam tindakan. Isi hati sesorang tak dapat dilihat, namun isi hati sesorang dapat diketahui lewat pengucapan kata dan tindakan. Demikian pula kemampuan seorang peserta didik (Kognitip) dapat diketahui dari capaian nilai yang diperolehnya sedangkan Psikomotorik dan Afeksi dapat diketahui lewat pendalaman bakat atau minat sesuai dengan kemampuannya. Peserta didiklah yang menjadi pelaku utama dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang berlandaskan pada kasih.