Butuh ”Meja Sakti” dalam Keluarga untuk Sekolah dan Masyarakat

Yosep Bala Makin (Penulis Bekerja di Mbojo-Bima NTB)

Meja makan itu memang memuat wujud makanan yang merupakan hasil keringat orang tua yang bekerja dengan susah payah dan diolah dengan baik oleh ibu untuk dinikmati.

Semua mendapatkan kekuatan dari makanan itu dan anak boleh bertumbuh dan berkembang secara sehat (fisik) dari makanan yang diolah dengan baik pula.

Karena itu, meja makan adalah simbol perjamuan bersama, simbol persaudaraan, simbol persahabatan dan keakraban, sukacita dan kegembiraan.

Suasana perjamuan di meja perjamuan keluarga harus diciptakan orang tua untuk dapat meningkatkan relasi kekeluargaan yang baik dalam hubungan yang akrab dengan semua anggota keluarga.

Perjamuan bersama membekali anak untuk saling memperhatikan yang lain dan mengingatkan anak akan kebutuhan dan kesulitan orang lain.

Anak akan merasakan betul betapa orang tua punya tanggung jawab untuk urusan perut (kenyang), urusan kesehatan (fisik), urusan hidup dan masa depannya (pendidikan).

Anak menjadi paham bahwa semua yang dihidangkan itu didatangkan dengan cara bekerja terlebih dahulu, mengumpulkan hasil jerih payah orang tua. Anak hanya dapat memaknai itu dalam sebuah kebersamaan dalam perjamuan keluarga atau dengan bahasa yang lebih simple adalah makan bersama.

BACA JUGA:
Keunggulan Lain "Loyola": Perspektif Alumni
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More