“Oh, ya?” responsku. Pura-pura terkejut.
Ia hanya mengangguk.
Akhirnya, dengan sikap tenang, aku lalu melontarkan pertanyaan pemungkasku, “Kapan dan di mana penerimaan barang itu akan berlangsung?”
Ia lantas menolehiku. “Besok malam, saat lewat tengah malam, di pelabuhan tikus, di Kampung Nelayan Selatan,” terangnya, enteng.
Seketika, aku merasa beruntung atas keterangannya yang cukup detail, sehingga aku tak perlu lagi mendalaminya.
Sampai akhirnya, kini, waktu yang dimaksud tiba. Berbekal informasi yang kudapatkan, sejumlah personel kemudian disebar di sejumlah titik. Mereka fokus memantau keadaan di balik persembunyian mereka masing-masing. Mereka akan segera mengambil tindakan yang tepat ketika kapal pengantar barang haram tersebut telah bersandar di sebuah pelabuhan tradisional.
Detik demi detik terus bergulir di tengah situasi yang menegangkan. Para personel tetap sabar memata-matai. Tetapi kapal yang mencurigakan tak juga terlihat.
Akhirnya, setelah sekian lama, waktu pun menjelang subuh. Komandanku lantas kembali meneleponku dan bertanya dengan nada keras, “He, kenapa tak ada juga kapal yang datang? Apa kau benar-benar telah memperoleh informasi yang tepat?”