“Kenapa?” sergahku.
“Kita ini seolah berbeda alam. Meskipun kita saling mencintai, kita tidak akan bisa hidup bersama,” jawabnya.
“Kenapa begitu?” ulikku.
Ia lantas mendengkus kalut. “Kau ini berasal dari keluarga yang baik-baik, sedangkan aku sebaliknya.” Ia lantas menjeda beberapa saat. Tampak berusaha menguatkan hatinya untuk bertutur. Hingga akhirnya, ia menyambung, “Seharusnya aku mengatakan kepadamu sedari awal, bahwa ayahku menjalankan bisnis pengiriman barang haram. Ayahku adalah bandar narkoba jaringan internasional.”
Seketika, aku merasa senang telah berhasil menghanyutkannya ke dalam arus penyelidikanku. Tetapi untuk menggali informasi lebih dalam, aku tetap tampil lugu, seolah-olah aku belum tahu apa-apa. Karena itu, aku menimpali, “Oh, ya? Kau serius?”
Ia kemudian mengangguk dengan raut muram. “Orang tuamu berusaha mendidik generasi muda di negara kita ini, tetapi ayahku malah menghancurkan mereka.”
Aku pun melayangkan senyuman simpul. Mencoba menabahkan hatinya agar terus membongkar rahasia tentang ayahnya. “Yang penting, kamu berbeda sikap dengan ayahmu.”