Untuk menguak rahasia darinya, hari demi hari, aku pun menghabiskan banyak waktu bersamanya. Aku terus memperturut keinginannya bersenang-senang, sebagaimana kebiasaannya. Aku memanjakannya semaksimal mungkin. Dan atas semua itu, ia makin lekat denganku. Hingga pada satu malam, seminggu yang lalu, di sebuah restoran yang mewah, aku pun menyatakan cinta kepadanya, dan ia menerimaku dengan raut bahagia.
Dengan status sebagai sepasang kekasih, hubungan kami jadi begitu akrab. Kami bahkan mulai saling mengunjungi tempat tinggal kami dan berbagi cerita dengan lebih terbuka. Aku senantiasa menuturkan cerita karangan perihal diriku agar ia terpancing untuk melakukan hal serupa. Sampai akhirnya, dua hari yang lalu, di ujung sore, saat kami tengah duduk berdua di satu titik pantai, ia pun terbawa suasana dan mulai menyinggung persoalan personalnya.
“Apa kau serius dengan hubungan kita ini?” tanyanya kemudian, dengan raut cemas.
Aku lekas mengangguk. “Iyalah. Kamu juga, kan?”
Ia terdiam beberapa lama, dan akhirnya menggeleng lesu. “Aku ragu tentang masa depan kita.”