Pembagunan Wisata Super Premium Labuan Bajo Untuk Siapa?
Oleh: Piter Ruman (Politisi PDI Perjuangan/Praktisi Hukum, Tinggal di Karawang, Jabar)
Saat uang uang habis, coba berusaha melamar kerja pada para pemilik modal yang membangun usaha di atas asset mereka sendiri. Lagi, sampai di sini, masyarakat berubah dari pemilik tanah menjadi buruh, dari tuan tanah menjadi pendatang, dari pemilik menjadi pekerja.
Ada beberapa soal sebagai contoh yang perlu kita refleksikan atas pertanyaan ini, untuk siapakah pembangunan pariwisata Labuan Bajo? Soal-soal itu antara lain kasus Hutan Bowosie, perubanan nama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) menjadi Bandan Pelaksanan Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Soal pertama, alih fungsi hutan produksi Bowosie dengan luas kurang lebih 400 hektar. Ada rencana bahwa pembangunan infrastruktur akan juga dilakukan di atas lahan tersebut. Kalau hal ini terjadi, itu akan membawa dampak ekologis. Diketahui bahwa pada hutan produksi Bowosie tersebut terdapat cekungan yang berfungsi menampung air. Air yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Di ketahui bahwa dari hutan produksi Bowosie ada beberapa titik mata air. Hal lain adalah terancam hilangnya habitat hidup untuk flora dan fauna.