PBB: Pandemi Covid Renggut Nyawa 10.000 Anak Tiap Bulan

“Orang tua dari anak-anak tidak memiliki pekerjaan,” kata Annelise Mirabal, yang bekerja dengan sebuah yayasan yang membantu anak-anak yang kekurangan gizi di Maracaibo, kota di Venezuela yang paling terpengaruh oleh pandemi sejauh ini. “Bagaimana kamu akan memberi makan anak-anakmu?”

Saat ini, banyak pasien baru adalah anak-anak kaum migran yang melakukan perjalanan kembali ke Venezuela dari Peru, Ekuador atau Kolombia, di mana keluarga mereka dibiarkan tanpa pekerjaan dan tidak dapat membeli makanan selama pandemi. Lainnya adalah anak-anak kaum migran yang masih berada di luar negeri dan tidak dapat mengirim uang untuk membeli lebih banyak makanan bagi anak mereka.

“Setiap hari kami menerima satu anak yang kekurangan gizi,” kata Dr. Francisco Nieto, yang bekerja di sebuah rumah sakit di negara bagian perbatasan Táchira. Dia menambahkan bahwa mereka menyerupai “anak-anak yang belum pernah kita lihat sebelumnya di Venezuela.” Nieto menambahkan bahwa di bulan Mei lalu, setelah dua bulan dikarantina di Venezuela, anak kembar berusia 18 bulan tiba di rumah sakitnya dengan tubuh bengkak karena kekurangan gizi. Ibu anak-anak itu menganggur. Dia mengatakan kepada dokter bahwa dia hanya bisa memberi anak-anaknya pisang rebus dengan minuman ala kadarnya saja. Ketika mereka berusaha merawat anak-anak tersebut, seorang di antaranya mengalami kelainan metabolisme sehingga 8 hari setelah meninggal dunia.

BACA JUGA:
Uskup Maumere dan Umat Katolik Tiga Keuskupan di Flores Sambut Jenazah Romo Yakobus Soba
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More