Tentu sembari melontarkan mantra penjinak bola. Untuk sebagian orang, cerita ini konyol. Tetapi pesepakbola kampung dari Manggarai yang mungkin sudah merantau di kota-kota besar paham betul soal ini.
Mereka juga seringkali menggunakan mantranya sendiri dengan jimat-jimat yang konon bikin perkasa permainan. Ada-ada saja bentuk jimat itu. Mulai dari jahe kering (lia dango), batok kelapa, abu dapur, ijuk, dan yang paling umum air mantra.
Syahdan, di suatu kampung seorang dukun meminta kurban tiga ekor ayam putih. Dua dari tiga ekor itu menjadi santapan sang dukun. Konon, dengan kekuatan ayam itu dia dirasuki laba-laba yang akan bikin gawang mempan dari gol dan si kulit bundar menempel ibarat magnet di kaki pemain.
Ketika pertandingan mulai berlangsung, game pertama klub kampung itu kalah 3-1. Pemain disalahkan. Katanya, salah satu pemain muda main mata dengan gadis dari kampung lawan. Itu haram untuk dukun laba-laba.
Tetapi di pertandingan berikutnya, kalah lagi 4-1. Seperti yang pertama, pemain disalahkan lagi. Penyerang tidak mengeliling gawang lawan 7X sesuai petunjuk dukun. Pemain mulai ketar-ketir.