
KAMIS Putih, momentum kisah Perjamuan Malam Terakhir. Tentang perpisahan Yesus dengan para murid-Nya. Ada hal yang paling esensial dari momentum ini, yakni : aktus pelayanan yang ditunjukkan Yesus melalui pembasuhan kaki para murid-Nya dan pesan kasih sebagai amanat untuk membangun persaudaraan dan kebersatuan sebagai pengikut-Nya. Keteladanan dalam aktus pelayanan dan kasih yang ditunjukkan Yesus, sesungguhnya lebih merupakan sebuah ajakan, bahwasannya pelayanan dan kasih butuh konkretisasi ( aktualisasi ), bukan sekedar retorika.
Yesus melakukan pembasuhan kaki murid – murid-Nya, sebetulnya lebih pantas dilakukan oleh seorang hamba kepada tuannya. Sangat tidak berwibawa dalam penilaian manusia. Tetapi, pertimbangan Tuhan tentu beda dengan apa yang dipikirkan manusia. Bukankah yang mustahil di mata manusia, akan mendapatkan nilai yang sangat berarti di hadapan Tuhan ? Apa yang dilakukan Yesus, mau menunjukkan bahwa sesuatu yang tidak berarti di hadapan manusia, akan menjadi bernilai di hadapan Tuhan. Pembasuhan kaki adalah pelayanan. Dan bagi Yesus, pelayanan selalu berarti memberi perhatian kepada orang lain serentak menanggalkan atribut jabatan dan kekuasaan. Pelayanan sifatnya selalu total. Maka, ketika Yesus melakukan pembasuhan kaki, yang dilakukannya adalah total. Pelayanan Yesus melalui pembasuhan kaki, tidak dimaksudkan-Nya untuk mencari popularitas dan prestise. Lebih dari itu merupakan tindakan edukatif sebagai sikap kerendahan hati di hadapan sesama. Bersikap rendah hati berarti bersedia membuka diri terhadap rahmat kebaikan dan perbuatan – perbuatan baik dalam relasi kebersamaan.