Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota

Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.

Begini peristiwanya, ketika Romo Sensi mulai presentasi dalam bahasa Inggris dan ada penterjemah bahasa Jerman yang disiapkan oleh Cordaid Foundation International.

Dia sangat runut menjelaskan katolisitas orang Flores. Yang mengejutkan, tiba-tiba dari mejanya dia katakan sebetulnya tentang Flores hanya sedikit dari yang saya sampaikan sekarang tapi di sini ada orang Flores yang bisa menjelaskannya lebih banyak, itu saya lihat Mr Gerard Bibang (sambil menunjuk ke arah saya, dan memberi aba-aba supaya saya berdiri). Saya berdiri dan semua hadirin tepuk tangan. Lalu disambung dalam bahasa Indonesia: Gerard kau jangan dulu pulang, nanti kita ketemu. Iyah Romo, jawab saya. Hadirin tepuk tangan lebih kencang. Penterjemah terheran-heran tidak tahu mau terjemahkan bagaimana. Kata orang Maumere, penterjemah itu langsung kangaranga memang.

Jujur, saya sudah tidak konsen dengan materi-materi selanjutnya. Aduh, dia koq kenal saya, begitu gumam saya. Sesudah konferensi, dia langsung turun dari mimbar (agak jauh) dan kami bersalaman erat.

BACA JUGA:
Seminari Tinggi Ritapiret dalam Serpihan 28 Tahun Memori Gempa Tektonik 12 Desember 1992
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More