Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota

Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.

Karena itu, sebelum konferensi berlangsung, saya langsung meletakkan alat tape recording di meja, khususnya di depan tulisan nama Father Vincent Sensi. Pikir saya, yah, sekalian merekam dan tidak usah mewawancarai khusus.

Belasan media cetak dan elektronik, hadir. Ada beberapa televisi Negara Bagian selain Deutsche Welle di Koeln sendiri. Karena begitu banyak peserta, saya tidak bisa menyempatkan diri untuk bertemu beliau. Toh nanti habis konferensi, pikir saya.

Singkat cerita, masuklah para peserta konferensi dari Asia. Wah, saya bangga. Saya lihat Romo Sensi ganteng sendiri. Tinggi, tegap, wajah Asia yang sangat reprensentatif-lah. Reporter dari Deutesche Welle yang duduk di samping saya terkagum-kagum koq ada yang seganteng ini, setelah saya beritahu bahwa Romo yang paling tampan itu sekampung dengan saya, Pulau Flores. Saya bicara agak sombong di depan reporter bule cantik Jerman itu, saya pikir, sudahlah, biar sekalian berbesar hati sedikit di depan orang Jerman. Mumpung ini kesempatannya, hahahaha. Saya duduk di baris ketiga dari depan, di bagian tengah.

Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More