Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota
Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.
Hanya yah, itu tadi: saya pribadi dan mungkin juga engkau-engkau di luar sana telah mendengar bisikan bahasanya. Tapi memang dasar manusiawi kita tak sudi mengaminkan apa yang kita dengar. Saya sendiri dengan beberapa kali melihat akselerasi sakitnya itu, nyeletuk sendiri dalam bathin dengan mata sembab: aduh, uskupku ini sakit berat!
Dua Kali Panggil dari Jauh
Secara teknis, saya tidak pernah menjadi mahasiswanya di STFK Ledalero. Namun syukur kepada Allah karena saya kemudian diperkenankan mengenalnya melalui dua peristiwa personal yang saya rangkum dengan judul Panggil Dari Jauh.
Pertama, Cordaid Foundation International di Koeln penghujung 1999. Waktu itu saya sudah setahun bekerja di Radio Nederland Wereldomroep, Hilversum. Pimpinan saya meminta saya ke Koeln, Jerman untuk meliput konferensi yang menurut dia ada kaitannya dengan pembangunan Indonesia bagian timur.
Saya tentu senang, sekalian nostalgia di Koeln. Di kota ini, saya tinggal dan bekerja selama enam tahun. Setelah melihat-lihat brosurnya, saya terkejut. Ada utusan dari Indonesia, Father Vincent Sensi, Keuskupan Agung Ende. Dia satu di antara beberapa utusan dari wilayah Asia. Wah, saya tahu nama ini, begitu saya membathin.