Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota
Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.
Hal ini semakin membuat saya yakin setelah melihat proses keberangkatannya ke rumah Bapa. Dia tidak pergi tiba-tiba. Juga tidak melawan logika manusia. Dia pergi benar-benar berdasarkan akselerasi logis dari sakit demi sakit yang dideritanya.
Coba lihat! Sejak awal tahun ini, dia sudah beberapa kali keluar masuk rumah sakit. Tubuhnya yang gagah, mengurus. Wajahnya tampak memucat tetapi tetap melakukan kunjungan pastoral tanpa mengeluh sedikit pun.
Bahkan beberapa minggu terakhir sebelum masuk RS Carolus, dia sendiri memimpin misa saat konferensi nasional romo-romo unio se-indonesia di Mataloko. Khotbahnya seperti biasa: tegas, jelas, terstruktur, selalu baru (=novelty) dan mencerahkan meski agak tersendat-sendat karena batuk (saya menduga karena desakan sakitnya). Lalu pikirannya terus memberat, jantung bekerja keras, kanker usus menggeliat dan menelusup ke darahnya dan menganiaya tubuhnya.
Dengan akselerasi logis ini, sebenarnya hendak dia katakan: “wahai umatku terkasih, aku akan pergi tak kembali lagi.” Itulah cara keberangkatan seseorang yang tidak ingin merepotkan dan membebankan orang-orang yang dicintainya.