Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota

Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.

Setelah beberapa hari keberangkatannya sambil mengikuti livestreaming misa requiem di Kupang lalu dua hari misa requiem di Kathedral Ende dan puncaknya pada hari Kamis misa pemakaman, tanpa sadar titik titik air mata turun berurai.

Uskupku, engkau telah diterima Allah untuk bergabung dalam keabadian-NYA. Yang kelabakan, yah, saya, mungkin engkau-engkau yang membaca narasi ini, sebab yang kita punyai saat ini adalah budaya instan dan cepat-cepat jadi kaya dan besar, pola berpikir sepenggal, perhatian terlalu rendah terhadap inti iman, serta kefakiran yang luar biasa terhadap kualitas hidup, ialah mencintai dan berkasih-sayang, hanya dalam saling menyapa dengan memanggil nama.

Akhirnya saya paham mengapa engkau tampak damai dan memberi kesan baik-baik saja selama ini. Akhirnya saya paham mengapa engkau tidak mau khalayak ramai mengalami kadar derita yang engkau alami. Demikian pun takaran jenis sakit yang menimpamu, orang lain tidak perlu mengetahui atau turut menghayatinya. Engkau telah bahagia di dalam anugerah kemuliaan di dalam rahasia deritamu.

BACA JUGA:
Narkotika Lewat Mata (Narkolema), Ancaman Kerusakan Moral Generasi Muda di Era Digital
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More