Panggil dari Jauh; Narasi Mgr Vincent Sensi Potokota
Oleh Gerard N. Bibang, alumnus IFTK Ledalero, pernah bekerja di Deutsche Welle di Koeln dan Radio Nederland Wereldomroep di Hilversum, sekarang tinggal di Jakarta.
LELUHUR kami dulu di Flores bilang: kalau mau tahu siapakah seseorang, lihatlah cara meninggalnya. Dengan wajah penuh tentram damai, Uskup Sensi telah pergi ke tempat dari mana tak seorang pun dari kita dapat memanggilnya kembali.
Tuhan telah memilihkan saat terbaik untuk memanggil kekasih-Nya, Uskup Sensi, minggu sore sembilanbelas November lalu, di bawah cahaya senja langit-langit RS Santo Carolus, saat sebagian sesama berimannya di kota metropolitan itu bersiap-siap menghadiri gereja sore. Entah kebetulan atau tidak, kepergian Uskup Sensi ke rumah Bapa berbarengan dengan bergegas-gegasnya jutaan orang beriman ke rumah Tuhan.
Orang baik hati itu pergi dengan gagah sebagaimana mottonya: “Praedica Verbum Opportune, Importune = wartakanlah Sabda dalam keadaan baik atau tidak baik”. Beberapa keluarga yang mengitarinya di ranjang rumah sakit di saat-saat terakhir, menyatakan bapa uskup sangat bahagia dan tenang.
Uskup ini, sependek pengalaman pribadi saya, senantiasa teduh, sejuk dan adem. Berada bersamanya membuat saya merasa at home dan tentram. Senyumnya adalah kasih-sayangnya. Memanggil saya dengan nama adalah cintanya. Bicara dan gesture tubuhya adalah cintakasihnya. Simpatik dan menyenangkan. Dia man of grace yang tampak nyata di dunia.