Pancasila pada Seutas Senyuman

Oleh: Bernadinus Steni

Perilaku-perilaku demikian itu tidak harus dilabeli iklan dan logo untuk menjadi Pancasila. Tetapi mereka sejatinya berPancasila.

Benarlah kata Gandalf di awal tulisan ini. Tidak harus bertindak besar untuk menjadi orang yang berarti. Hal-hal kecil sehari-hari yang menentukan seseorang dianggap membawa kebajikan.

Mereka yang senyum dengan tulus kepada sesamanya, tidak sibuk menggosipkan orang, tidak marah-marah.

Semuanya itu adalah tindakan kecil yang ketika diupayakan dan dikerahkan secara terus menerus akan menjadi hal besar.

Sikap ramah terhadap sesama, tidak harus dengan menampung semua orang dan memberi mereka makanan atau uang banyak. Kalau berbagi dilakukan, tentu amatlah baik.

Tapi tidak semua orang punya modal untuk melakukan itu, kecuali tentu saja dengan ngutang. Cukuplah dimulai dengan senyum lebar dalam perjumpaan, merupakan awal yang baik untuk ramah.

Seribu kata sulit diingat tetapi senyum yang tulus akan selalu dikenang. Sebaliknya, andaikan setiap hari seorang ayah menghabiskan 1 jam untuk marah-marah dan ada 100 orang yang melakukan tindakan serupa, maka dalam hari itu terdapat 100 jam kemarahan dilakukan oleh 100 warga negara.

BACA JUGA:
Moralitas Jurnalistik di Era Digitalisasi
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More