Pancasila dan Budaya Manggarai, Falsafah Hidup Penghuni Bumi Nuca Lale (Bagian 2)
(Salah Satu Akar Pancasila sebagai Dasar Negara Bukan Sebagai Pilar Negara)
Makna kosmologi secara mikrokosmos dalam gendang sebagai rumah adat orang Manggarai yaitu tiang utama sebagai symbol bumi(molas Poco) bertemu dengan (tiang ngando) tiang dari bubung rumah adat yang ujungnya berbentuk kepala manusia dan bertopi gasing.Tiang bubung berkepala manusia dan bertopi gasing merupakan symbol Langit atau benih atau Manusia yang berasal dari Tuhan. Pertemuan tiang bubung dengan tiang utama inilah symbol perkawinan antara manusia dengan bumi.mikrokosmos gendang Manggarai seperti mikrokosmos perkawinan Rama dan Sinta dalam cerita kisah Mahabrata. Sinta sebagai symbol bumi dan Rama sebagai symbol langit. Perkawinan keduanya melahirkan kebajikan, kasih, kebijaksanaan dan semua aturan di bumi.

Selain filosopi manusia bertanduk kerbau pada atap, topi berbentuk gasing pada atap, tiang utam dan jari-jari atap, ada juga filosofi balok penghubung dalam deks atas. Balok ini membentang panjang berbentuk silang. Satu membentang dari utara ke selatan dan satunya membentang dari timur ke barat. Keduanya diikat dengan balok lain yang ada di atasnya, namun balok itu bukan menjadi tumpuan dari balok di atasnya. Balok ini dalam bahasa Manggarainya adalah Balok Lembar. Balok ini berfungsi sebagai penyatu semua unsur dalam rumah Gendang agar tidak terpecahkan artinya satu suara ke dalam dan satu suara ke luar. Dalam istilah bersatu padu ke dalam dan berstu menolak segala yang jahat dari luar (Manggarainya cama po’e ngger one cama lewang nger pe’ang, nai ca anggi tuka cama leleng, neka behas negho kena agu koas negho kota).