Pancasila dan Budaya Manggarai, Falsafah Hidup Penghuni Bumi Nuca Lale (Bagian 2)

(Salah Satu Akar Pancasila sebagai Dasar Negara Bukan Sebagai Pilar Negara)

Kebudayaan Orang Manggarai telah mengatur kehidupan manusia yang ada agar mengakui adanya Tuhan yaitu Mori Keraeng(Tuhan Yang Maha Esa), ine wa agu ame eta(Tuhan langit dan Bumi), ine rinding wie agu ame rinding mane(penjaga siang atau sore dan penjaga malam).Integritas keseluruhan budaya Manggarai merupakan muatan intisari dari totalitas falsafah kehidupan masyarakat Manggarai saat ini.

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia. Secara terminologi Pancasila berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu panca berarti lima dan sila berarti asas atau dasar.Lima asas atau dasar Negara RI adalah ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikhmat kebijaksanaan dalam permusyaratan perwakilan dam keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Struktur gendang di Manggarai meliputi:

  1. Uma atau kebun merupakan struktur terendah dalam gendang. Rumah tinggal dari uma adalah sekang atau pondok.
  2. Lingko adalah areal uma atau kebun yang terdiri dari beberapa joro moso atau pemilik. Lingko dipimpin oleh tu’a teno. Struktur organisasi lingko adalah tu’a teno sebagai pemimpin dan joro moso atau penerima tanah atau pemilik sebagai anggota. Anggota bisa dipecat oleh tu’a teno apabila dia melanggar aturan. Bentuk aturannya adalah:
  3. Neka podok siwal uma. Melaksanakan pembersihan kebun sampai tuntas agar tidak menjadi sarang hama tikus, kera dan binatang hama lainnya,
  4. Manuk moso. Melaksana tanggung jawab siap ayam dan tuak setiap kali acara adat
  5. Lut sangget acara adat (melaksanakan tanggung jawab adat)seperti Pu’ung ni’i(upacara tanam), kalok(buka jalan bagi roh-roh lingko), okeng su’a(asah kayu tanam), oke tenggeng(buang dosa), sau hasil(syukur hasil), gampo latung bersama(simpul jagung bersama), pande mukang(buat rumah bersama), kena uma(pagar kebun).
  6. Ikut buat Mukang atau Rumah tinggal dari lingko ini berupa mukang. Mukang itu bangunan rumah besar yang terdiri dari beberapa KK di dalamnya. Dalam satu lingko itu bisa terdiri dari 8 -10 joro moso atau penerima atau pemilik. Sehingga mereka bisa mendirikan dua sampai tiga mukang atau bangunan rumah.acara adat pada mukang itu berupa: sau hasil, ngerek wakar, kalok.
  7. Lumpung atau rumah adat yang tingkatannya di bawah gendang. Lumpung dipimpin oleh tu’a lumpung.Tu’a lumpung selalu diambil dari salah satu tu’a teno. Strutur lumpung meliputi: tu’a lumpung, tu’a panga, tu’a teno, tu’a mukang dan anggota atau pemilik. Bentuk acara adat pada lumpung meliputi: dara lampek, sau hasil atau syukur hasil, ngerek wakar, barong lodok, barong wae, barong boa atau rebi seki, kebeng lumpung, weri golo.
  8. Gendang merupakan struktur adat tertinggi. Gendang dipimpin oleh tu’a (kepala) gendang. Struktur gendang meliputi: Gendang,lumpung di bawah gendang, mukang di bawah lumpung dan sekang atau pondok di bawah mukang. Gendang kekuasaannya meliputi seluruh wilayah lumpung. Kekuasaan lumpung meliputi semua wilayah mukang di bawahnya. Dan kekuasaan mukang semua lingko dan uma dibawahnya. Jadi uma, lingko semuanya menginduk ke Gendang. Tu’a gendang memerintah tu’a lumpung, tu’a lumpung memerintah tu’a teno dan tu’a teno memerintah semua pemilik uma atau kebun. Bentuk upacara pada gendang meliputi:
  9. Penti atau ghang woja adalah syukuran setiap tahun. Inilah acara syukuran yang terbesar dalam budaya Manggarai. Acara ini wajib dijalankan setiap tahun.Upacara penti bisa tanpa caci tetapi kalau modal cukup biasanya dengan caci.
  10. Cebong golo adalah acara buang dosa tingkat gendang. Buang dosa atau oke tenggeng merupakan upacara penyucian gendang lahir dan batin. Dosa itu bersumber dari kesalahan adat mulai dari tingkat perorangan kebun atau uma sampai pada tingkat lingko, suku dan lumpung. Semuanya menjadi ndekok golo atau ndekok gendang atau dosa tingkat gendang. Tanda-tanda gendang itu ada dosa adalah semua usaha tidak sukses, warga tidak sukses, sering sakit, ada seksual bebas, selalu ada hamil di luar menikah, lahir cacat, banyak yang mati karena penyakit, kecelakaan. Maka hal ini perlu dibuat acara oke tenggeng lalu diakhiri dengan upacara cepong golo. Upacara ini adalah upacara adat sangat besar, agung dan mulya, disaksikan oleh semua manusia yang masih hidup dan sudah mati di hadapan Allah Yang Maha Tinggi. Hewannya adalah kaba bakok(kerbau putih) untuk cebong Golo, jarang bolong longang oke tenggeng(kuda Hitam untuk buang dosa), Ela laca kaba(babi alas kaki kerbau), manuk lasa ela(ayam alas kaki babi) dan ruha lasa manuk(telur alas kaki ayam). Sebelum dibuat upacara cebong golo terlebih dahulu semua warga dimandi oleh darah kuda hitam pada kali yang bercabang. Setelah itu semua kembali ke compang depan gendang lalu lanjut dengan upacara sembelihan kerbau putih untuk penyucian. Darahnya harus menyirami compang depan gendang. Upacara ini sangat hening dan penuh pertobatan dari setiap warga.
  11. Upacara congko lokap adalah upacara besar gendang yaitu upacara pengukuhan rumah gendang yang baru dibangun. Upacara ini selalu dengan tarian caci. Upacara ini sangat gembira banyak undangan yang hadir mulai tokoh adat sekitar sampai kepada para pemerintah kabupaten.Hewan persembahan dalam upacara ini adalah kerbau.
  12. Upacara cecak sosok agu nggolong watang.

Upacara ini merupakan sebuah upacara yang menunjukan bahwa semua lahan atau lingko dalam wilayah kekuasaan gendang dan lumpung sudah habis dibagi. Maka pemimpin adat atau tu’a adat harus diumumkan melalui sebuah acara yang besar karena harus diketahui oleh semua dimensi gendang. Terminasi arti cecak sosok agu nggolong watang meliputicecak artinya belah dan potong. Sosokartinya pangkal pohon yang sudah dipotong yang sudah mati serta lapuk. Cecak sosokartinya memotong semua pangkal pohon yang sudah lapuk. Nggolong watangmeliputi Nggolong artinya guling mengguling. Watang artinya batang pohon yang besar yang sudah dipotong. Nggolong watang artinya menggulingkan batang pohon yang sudah lapuk ke kali menuju laut.

BACA JUGA:
Rasionalitas & Moralitas Proses Judisial Hukum Positif
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More