
Orang Katolik Bukan Kanibal
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo
Dengan memilih bentuk penghormatan yang sederhana ini, saya tidak bermaksud mengabaikan bentuk penghormatan yang paling radikal sebagaimana tuntutan etis-injili yakni kesaksian seluruh hidup dan ini jauh lebih penting.
Sebab ini adalah tuntutan tertinggi yang diminta oleh Yesus sendiri yang tampak dalam kata-kata-Nya: “haruslah kamu sempurna sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.” (Mat. 5:48). Patut diakui bahwa tidak semua orang kristiani mampu menjawabi tuntutan ini secara murni dan konsekuen.
Dengan ini hendak mengatakan bahwa tuntutan etis-injili yang paling radikal ini dapat dilaksanakan oleh setiap orang Kristiani. Dengan lain perkataan, setiap umat beriman memiliki potensi di dalam dirinya untuk mewujudkan tuntutan etis-injili ini di dalam kesaksian seluruh hidupnya.
Untuk dapat mewujudkan tuntutan ini, satu-satunya sumber kekuatan adalah Komuni Kudus. Di dalamnya terdapat banyak rahmat yang mampu menopang hidup kita. Tentang rahmat ini, Yesus sendiri mengatakannya kepada St. Faustina sebagai berikut: “Aku ingin menyatukan diri-Ku dengan jiwa-jiwa manusia; kesukaan-Ku yang paling besar adalah menyatukan diri-Ku dengan jiwa-jiwa. Ketahuilah, putri-Ku, ketika Aku masuk ke dalam hati manusia lewat komuni kudus, Aku membawa serta segala macam rahmat yang ingin Kuberikan kepada jiwa itu. Tetapi jiwa-jiwa itu bahkan tidak memperhatikan Aku; mereka meninggalkan Aku dan menyibukkan diri dengan hal-hal lain. Oh, betapa sedihnya Aku karena jiwa-jiwa itu tidak mengenali Sang Kasih! Mereka memperlakukan Aku sebagai benda mati.” (BH. 1385)