
Orang Katolik Bukan Kanibal
Oleh Arnoldus Nggorong, Alumnus STFK Ledalero, tinggal di Labuan Bajo
Sepintas dan dalam arti harafiah, kata-kata Yesus, seturut penulis injil Yohanes 6:55 “Daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman”, menimbulkan masalah. Bagi orang yang bukan Katolik, bahkan juga sebagian orang Katolik, masih belum percaya, dan malah mendebatkan kata-kata Yesus tadi. Pada zaman Yesus pun, sekelompok orang ‘pintar’ Yahudi sudah mempersoalkannya. Ini menyata dalam teks Yoh. 6:52 yang berbunyi: “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya kepada kita untuk dimakan.”
Pertanyaan klasik yang acapkali diajukan adalah bagaimana mungkin makan daging dan minum darah manusia Yesus? Bahkan yang paling ekstrim, bukankah tindakan itu lebih tepat dilakukan oleh binatang? Jika memang itu terjadi, maka orang itu disebut kanibal! Konsekuensinya adalah segala sifat buruk diatribusikan pada si pemakan daging dan peminum darah manusia tadi. Dirumuskan dalam pertanyaan yang negatif, tajam dan menantang, apakah orang Katolik itu kanibal?
Selanjutnya yang lebih tidak masuk akal lagi, bagi mereka, adalah hostia (roti) dan anggur yang dikonsekrir dalam perayaan ekaristi adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Kristus, Yesus, sendiri.