Om si Penjual Obat

Oleh: Bernadinus Steni*

Tentu saja sebagian mereka disitu sudah mengenal dia. Lainnya baru merupakan calon pelanggan. Buat si Om, para kandidat itulah yang dia buru hingga ke rumahnya.

Seorang calon pelanggan baru saja masuk dalam antrian. Memelas, dia mengeluh tangannya pegal. Mungkin terlalu lama bergulat dengan pacul, sebab kerja keras ibarat menjaring matahari adalah kebiasaan orang-orang kampung sejak usia muda.

Walau hasilnya tak seberapa, hanya itulah satu-satunya taruhan agar hidup tetap berputar. Tapi bukan itu alasan si penjual obat untuk mendekat. Selain calon customer, dia yang antri itu juga perempuan muda a.k.a masih gadis.

Yahh untuk ukuran kampung, cantik bukan ala iklan anti-aging. Buat mereka, lebam sudah pasti karena matahari jadi tamu tetap tiap hari.

Tetapi yang namanya masih gadis, sudah cukup untuk bikin si om tergoda. “Nanti saya ke rumah saja, biar lebih leluasa memilih obat yang mana”, demikian katanya.

Dari situlah lokasi rumah ditelusuri. Di rumah serupa gubuk kecil itu, dia tidak lagi penjual obat. Tapi pria hebat yang mengaku dirinya Mantri atau bahkan berani menjuluki dirinya Dokter.

BACA JUGA:
Karakter dan Pembentukannya
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More