Om si Penjual Obat

Oleh: Bernadinus Steni*

Balik lagi ke penjual obat. Banyak orang kampung yang sudah kenal siapa dia, lalu jadi pelanggan tetap. Namun ada pula calon pembeli yang mungkin belum kenal.

Kepada mereka inilah rayuan maut kata “mujarab” menyerang sungguh-sungguh hingga mereka terpedaya. Acapkali omongannya bikin urat geli tergelitik. Suatu komedi kehidupan.

Penting untuk menertawakan episode semacam itu, karena kata seorang ahli psikososial, tertawa yang sungguh-sungguh adalah menertawakan getirnya kehidupan.

Seorang penjual obat yang kami kenal, kami sebut si Om, datang hari itu. Setelah makan siang, dia tak menunda untuk melancarkan aksinya.

Berpakain necis ukuran kampung, kemeja putih, celana panjang katun abal-abal plus sepatu kulit KW 12 yang telah disemir mengkilat, kaca mata hitam yang tayang di dahi, bikin penampilannya amat sangat meyakinkan.

Apalagi dia pakai minyak wangi yang juga dipakai buat minyak rambut. Haruuumm..Lengkap sudah model iklan ala kampung.

Banyak orang kampung mengitari dia, mirip sirkus sulap. Dengan penampilan yang menyolok, kehadirannya ibarat magnet. Suatu keramaian kecil pun terjadi.

BACA JUGA:
Puisi "Tini Minta Karet": Refleksi Bersama Edi Menori
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More