Obat Tradisional, Kelas Dua Kah?

Oleh: Bernadinus Steni*

MASIH  ingat kan, ketika banyak orang menertawakan pihak-pihak tertentu yang mempromosikan jamu, herbal dan pengobatan tradisional lainnya sebagai cara menjaga imunitas tubuh.

Meski promosi itu tidak terbukti salah, dalam situasi pandemi, anjuran semacam itu mudah saja diplesetkan konyol, seolah-olah  menganggap remeh Covid-19, tidak percaya sains, kehilangan akal sehat, dan seterusnya.

Kalau didalami dengan teliti, jeas bahwa antara memperkuat imunitas dan tindakan pengobatan adalah dua hal yang berbeda, meskipun berada dalam satu jalur.

Tapi dalam kekalutan, plus balutan politik agitasi, semua hal bisa dimasak jadi satu. Lebih dari itu, pengobatan tradisional masih dianggap kelas dua, bahkan “tidak dianggap” dalam mindset sains.

Diperlukan pembuktian rasional yang tentu saja makan biaya dan waktu agar suatu jenis ramuan diterima sebagai produk ilmiah.

Dalam kaitannya dengan pendirian rasio itu pula, perlu dikemukakan dengan sadar dan jujur bahwa konsep tradisional dan modern acapkali disertai stereotipe yang asimetris.

BACA JUGA:
Meragukan Kebohongan Para Pakar (Belajar dari Gagasan Stoik)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More