NTT dalam Gerakan Literasi Sekolah

Oleh: Albertus Muda, S.Ag  (Guru Honorer SMA Negeri 2 Lewoleba-Lembata-NTT)

 

 

NTT dalam Gerakan Literasi Sekolah
Albertus Muda, S.Ag, Guru Honorer SMA Negeri 2 Lewoleba-Lembata-NTT

 

KEMENTERIAN Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia beberapa tahun silam, pernah menetapkan lima provinsi sebagai pilot project Gerakan Literasi Sekolah (GLS) secara nasional. Hal ini merupakan implementasi dari Permendikbud No. 21/2015. Untuk terobosan ini, kita patut mengapresiasi political will dan good will pemerintah pusat.

Salah satu dari kelima provinsi tersebut adalah provinsi NTT. Pertanyaannya, sudahkan NTT mewujudkan misinya sebagai pilot project GLS? Seperti apakah sinergitas yang terbangun untuk memajukan gerakan literasi di NTT khususnya dan Indonesia umumnya? Sudah memadaikah sarana dan prasarana penunjang untuk dijangkau publik pembaca di NTT?

Problem Literasi NTT

Pertanyaan-pertanyaan di atas, menggugat pemerintah untuk merefleksikan lebih jauh. Secara faktual, NTT belum beralih dari budaya nonton dan lisan menuju budaya membaca dan menulis. Hampir sebagian besar sekolah yang belum memiliki perpustakaan sekolah yang standar dan representatif. Sumber daya manusia (SDM) pustakawan pun belum disiapkan untuk menghadapi era digital.

BACA JUGA:
Ahli Komodo Tim S. Jessop dan Peran Ekologis Komodo
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More