
Ngkiong; Seruling Alam: Bahwa Flores Masih Punya Hutan
Oleh : Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)
Maka itu, Ngkiong muncul dalam legenda, pepatah, tutur adat istiadat, bahkan lagu Orang Manggarai. Burung semungil itu yang hanya sepanjang jari telunjuk mendudukan manusia agar tau diri. Anor!!
Terlebih-lebih untuk bersekutu dengan kehidupan komunal, memupus egoisme, dan santun dengan alam. Isi pepatahnya, peringatan. “Neka oke kuni agu kalo”, jangan jadi orang yang lupa diri, ibarat kacang lupa kulit. Lupa kampung halaman. Lupa compang dan mbaru gendang****. Lupa ulung wae*****, gunung dan lembah. Akhirnya lupa diri.
Narasi yang sama sepertinya berlaku juga di kabupaten-kabupaten lain karena burung ini tidak hanya punya Orang Manggarai tapi endemik Flores. Dia punya hak kavling rumah sampai ke gunung-gunung dan bukit-bukit di Ende, termasuk Kelimutu.
Ngkiong mengingatkan penghuni alam Flores bahwa kebudayaan saat ini adalah akumulasi dari interaksi yang padu antara manusia dan semesta. Ketika ilmu-ilmu seperti ekologi belum diajarkan di kampus-kampus, bikin anak-anak muda pintar berteori, Ngkiong telah bernububat tentang tautan antara alam dan homo sapiens.