Nataru Sebagai Momentum Transformasi Diri (Sebuah Refleksi)
Oleh: Fr. M. Yohanes Berchmans, Bhk
Oleh karena itu, tidak akan ada perayaan Tahun Baru 1 Januari, tanpa perayaan Natal 25 Desember. Mungkin itu sebuah kebetulan saja karena kedua hari besar itu berdekatan, hanya berjarak seminggu. Namun statement seperti itu bisa dijawab dengan sebuah logika sederhana: periksa kalender, Idul Fitri tahun 2000 jatuh satu hari sebelum Tahun Baru 2001. Tapi tak pernah saya dengar orang mengucapkan “Selamat Idul Fitri dan Tahun Baru” Kenapa, karena agama dan ajarannya memang beda. Oleh karena itu, tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa Natal dan Tahun baru seperti dua sisi mata uang yang saling berpautan dan tak terpisahkan. Sehingga banyak orang yang memberikan ucapan selamat Natal sekaligus Tahun Baru. Namun, ucapan selamat Natal dan Tahun Baru, hanya akan bermakna ketika kita telah lahir secara baru sebagai manusia baru atau manusia yang telah mengalami transformasi diri. Dengan demikian, ucapan Natal dan Tahun Baru, tidak hanya sekedar ucapan melainkan bermakna layaknya sesorang yang sukses atau berhasil. Maka, makna ucapan Natal mengandung “selamat kita telah menjadi manusia baru”, dan Tahun Baru “selamat kita hidup sebagai manusia baru”. Dan itulah sesungguhnya mengapa sebelum tahun baru pasti ada perayaan Natal, yang adalah perayaan kelahiran Yesus. Tetapi, yang perlu digarisbawahi sekali lagi bahwa perayaan Natal hanya akan bermakna ketika kita lahir secara baru, sebagai manusia yang telah mengalami transformasi diri, sehingga Natal Yesus menjadi Natal kita.