
Napak Tilas Gereja Tua Lengko Ajang: Butuh Kolaborasi Bersama untuk Merawatnya
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati, dan Buku Emas Paroki Thomas Morus Keuskupan Maumere)
Yosefinanendong menulis “Salam kenal dari cucu tukang ketiga gereja tua itu (Gereja Katedral lama Ruteng, Gereja Rekas, dan Gereja Lengko Ajang, Red). Saya Fin Nendong salah satu cucu dari tukang Gereja tua itu. Berasal dari Metang Ndoso, Paroki Waning, Manggarai Barat. Nama kakek saya (salah seorang tukang itu, Red) Alowisius Hebang.”
Ada sejumlah warga dari pelbagai pelosok Indonesia juga turut memberikan apresiasi dan kekaguman mereka terhadap Gereja Tua Lengko Ajang yang eksotis itu.
Salah seorang warga Lampung, Yulia Westyaningrum Dewantara menyebut arsitektur Gereja Tua Lengko Ajang itu sangat keren “kereeen.” tulisnya.
Warga Manggarai yang berdomisili di Jakarta, Mersi Hadus menulis “Luar biasa masih berdiri kokoh walaupun sudah tua. Gereja kenangan semua keluarga besar Bapa Santur.”
Masih ada ratusan apresiasi dan cuitan warga net terkait keberadaan Gereja Tua Lengko Ajang ini. Cuitan mereka berisikan harapan dan kenyataan seputar Gereja Tua Lengko Ajang yang perlu dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu warisan sejarah perjalanan agama Katolik di Manggarai Raya, khususnya Keuskupan Ruteng.