
Napak Tilas Gereja Tua Lengko Ajang: Butuh Kolaborasi Bersama untuk Merawatnya
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Penulis Buku Karya Kemanusiaan Tidak Boleh Mati, dan Buku Emas Paroki Thomas Morus Keuskupan Maumere)
Meski usianya sudah senja, dan secara fisik bangunannya sudah mulai rusak, namun sekilas dipandang mata gedung gereja ini tetap menjadi daya tarik bagi siapa saja yang bertandang ke sana, khususnya para wisatawan.
Kondisi ini, mendorong Pemkab Manggarai Timur, cq Dinas Pariwisata dan dalam koodinasi dengan Keuskupan Ruteng untuk menjadikan Gereja Tua Lengko Ajang sebagai situs rohani.
Dalam status seperti ini mestiya, keberadaan Gereja tua ini sudah menjadi perhatian khusus Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Timur dalam kemitraan kerja dengan Keuskupan Ruteng.
Faktanya, meskipun statusnya sebagai situs rohani, namun kondisi gereja tua ini tetap tak terawat dan kondisinya bangunannya semakin rusak kalau tak mau dikatakan nasib gedung gereja itu sangat malang karena fisik bangunannya sudah mulai reyot.
Pertanyaan muncul bagaimana realisasi menjadikan Gereja Tua Lengko Ajang sebagai salah satu situs wisata rohani sebagaimana digaungkan Pemkab Matim cq Dinas Pariwisata selama ini?
Apakah program itu hanya sekadar nama atau mesti dikonkretkan dengan aneka langkah nyata?