Nanga Banda Menggugat (Refleksi Sejarah Manggarai di Reok)
Oleh Nurdin, SE (Pinca PT BRI Cabang Maumere)
Ataukah tindakan saudara Darwin ini sebagai cerminan akan kesadaran literasi sejarah. Tapi bukti sejarah yang mana yang bisa ditelusuri. Karena masyarakat Reo, setahu saya tidak memiliki dokumen sejarah tertulis. Yang sering kita dengar hanya penuturan atau cerita lisan dari turun temurun.
Misalnya sejarah keberadaan “Rade Mangge Balu” atau lokasi kuburan keturunan kerajaan Gowa di masa lalu, yang meninggal di tanah Reo Manggarai. Lokasi itu hanya menjadi semacam “monumen tidak resmi” yang masih ada sampai saat ini. Lokasinya bersebelahan dengan tanah yang disengketakan. Namun sejarahnya pun tidak jelas karena hanya berupa penuturan dari generasi ke generasi dengan berbagai versi.
Beberapa buku sejarah yang ditulis oleh para sejarahwan terkenal, semacam Bo’ Sangaji Kai: Catatan Kerajaan Bima yang ditulis oleh Henri Chambert-Loir dan Siti Maryam R. Salahuddin atau buku Manggarai Mencari Pencerahan Historigrafi, karangan Dami N. Toda, memang memuat kisah kejayaan Nanga Banda pada masanya.
Dari buku-buku itu pula, setidaknya bisa mencerahkan khasana pengetahuan sejarah generasi kita saat ini, bahwa nama Nanga Banda sungguh monumental. Bahkan seolah kita kembali disadarkan bahwa lokasi Nanga Banda adalah menjadi salah satu entitas sejarah Manggarai di Reo, yang terabaikan atau memang sengaja diabaikan oleh generasinya.