‘Jalan salib’ dalam tradisi iman Katolik sebenarnya lebih dari sekadar ‘seremoni’ peringatan akan ‘kisah sengsara’ Tuhan Yesus dua ribuan tahun lampau. Ritus itu sejatinya adalah ‘cermin’ yang memantulkan ‘jalan kehidupan’ manusia itu sendiri. Dengan demikian, jalan salib dimaknai sebagai ‘proses merenungkan’ kisah hidup kita yang penuh dinamika dan tantangan.
Karena itu, kita membutuhkan ‘ruang ideal’ guna menapaki ‘jalan’ menuju taman bahagia itu. Ide jenius dan inspiratif dari Kepala Sekolah SMK Stella Maris, Rm. Dino Hardin, Pr diterjemahkan dengan baik oleh semua anggota komunitas akademik ini, dalam menghelat ‘jalan salib’ perdana di halaman tengah lembaga ini.
Menapaki ‘jalan salib’ di alam terbuka tentu tidak tanpa tantangan. Sinar-terik mentari siang yang ‘menyengat’ pori-pori tubuh, bisa menjadi ‘musuh pengganggu’. Tetapi, kuatnya dorongan religius yang bersifat internal, suasana gerah itu, alih-alih jadi musuh, justru dianggap sebagai ‘pil penyemangat’ untuk melewati jalan ini secara sempurna.