Menulis Jejak Cinta dan Merawat Tradisi Intelektual

Refleksi Kecil Terkait Launching Biografi Uskup Sensi

Bagi saya pribadi tradisi intelektual selalu positif. Sebuah tradisi seperti kata Sosiolog Amerika, Edward Albert Shils(1910-1995) tidak hanya mewariskan budaya. Tradisi intelektual selalu bersentuhan dengan kebiasaan membaca dan berdiskusi, merawat proses berpikir, komitmen membuat penelitian dan budaya menulis. Tradisi itu sifatnya konstruktif. Ia bisa membangun dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Uskup Sensi adalah pemimpin umat, bapak spiritual dan gembala jiwa-jiwa. Beliau pernah menjadi dosen konseling di STFK Ledalero. Ia pernah menahkodai pusat pastoral KAE sebelum terpilih menjadi Uskup Maumere. Puspas adalah “think tank atau dapur pemikiran” pastoral KAE. Bersama team Puspas beliau membantu Uskup dan fungsionaris pastoral mengatur strategi untuk menjawab persoalan-persoalan pastoral.

Uskup Sensi adalah seorang intelektual. Seperti para uskup lain, beliau merupakan pimpinan sekaligus jembatan tertinggi para fungsionaris pastoral. Karena itu bagi saya sangat urgen kita memulai penulisan sejarah para uskup dan karya-karya mereka. Kita akan seperti pohon tanpa akar bila tidak mengetahui sejarah para Uskup dan karya-karya hebat mereka.

BACA JUGA:
Cegah Covid-19 Masuk Desa, Tingkatkan Surveillance Puskesmas
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More