Selain itu, ketika program belajar dari rumah diberlakukan, mereka hanya bisa bergaul dengan orang tua. Keyakinan umum bahwa orang tua tidak mungkin mengabaikan anak-anaknya dalam situasi yang tidak bersahabat ini. Anak-anak selalu dikawal dengan memperhatikan roster belajar siswa dan mengecek tugas-tugas yang diberikan oleh sekolah. Maka inilah kesempatan bagi orang tua yang harus mengawal anak, mengajari, mendampingi, membimbing sebagai teman dan gurunya di rumah, dan keberadannya di rumah sekaligus sebagai teman/sahabat dengan orang tua. Dengan itu anak tidak merasa sendirian sehingga memudahkan anak-anak berekspresi penuh keceriaan seolah-olah di depan teman-temanya di sekolah. Anak-anak akan lebih leluasa mengungkapkan dirinya dengan lebih jujur dan terbuka. Dengan demikian, hal-hal yang sepatutnya menjadi tuntutan dan harapan sekolah serta dunia pendidikan bisa sedikit terjawab.
Berhadapan dengan situasi yang cukup memcekam ini, orang tua sudah seharusnya menyadari sungguh bahwa semangat belajar anak-anaknya bisa terkendur selama masa pandemi Covid-19 dibandingkan sebelumnya. Banyak aspek yang sebetulnya memompa semangat belajar mereka dan menginspirasi mereka dalam belajar dan berkreasi serta yang membuat mereka berkembang dari aspek sosial dan pengetahuan betul terkandas. Situasi yang mengglobal saat ini memang sama sekali tidak dikehendaki dunia-manusia tetapi secara psikologis peserta didik sudah terlihat stres atau paling kurang mengalami situasi yang tidak biasa yang sangat berbeda menyangkut aktivitas belajar siswa di sekolah. Situasi belajar mereka berubah total dari pendampingan guru dengan proses yang tersistem dalam kelas ke belajar mandiri dari rumah yang semata-mata mengandalkan pendampingan orang tua dibantu dengan peralatan teknologi informasi yang semuanya dilakukan dalam dunia maya.