Mengenang Kegembiraan Naiya

Oleh: Bernadinus Steni

Aku lagi jalan-jalan

Aku lagi ke Jawa

Aku lagi di kreta Anggrek

Aku lagi bersama adik dan mama

Papaku tidak ikut karena papaku kerja di kantor

Adikku terlihat gembira sekali

Mamaku juga terlihat gembira sekali

Aku juga gembira sekali

(Naiya, 21 Des 2019)

Pada 7 September jam 12.17 siang, tiga bulan setelah menerima komuni pertama, sang penulis kegembiraan itu berpulang. Berita itu menyebar cepat, diikuti badai air mata keluarga dan sahabat-sahabatnya. Sebagian sahabatnya merasa Naiya telah mengucapkan kata pamit. Dia mengayunkan lambaian tangan selamat tinggal pada mereka, kira-kira seminggu sebelum berita menyesakkan dada itu terjadi.

Ket. foto | dokumentasi keluarga

Penari mungil itu menutup tirai panggung selamanya. Kaki kecil yang lincah ditingkahi gelak tawa tak lagi kembali. Tetapi suaranya yang empuk masih berdendang, “…ingin rasanya satu hari lagi kubersamamu..” Sayang, satu hari itu tak lagi kembali.

Buat sahabatnya, Naiya dikenang sebagai sahabat terbaik. Buat adiknya, kakak terbaik. Buat keluarga dan kenalannya, Naiya adalah guru cilik yang mengajarkan bahwa kesibukan yang menjulang tidak harus menghentikan kegembiraan. Karena keduanya ada dalam satu koin. Sebab, kebahagiaan itu bukan nasib, tetapi pilihan. Kita bisa memilih keceriaan tulus tanpa beban atau lenyap ditelan himpitan jadwal kesibukan kota. Naiya menunjukkan bahwa koin itu bisa bergerak sekaligus.

BACA JUGA:
Lindungi Masyarakat, Bea Cukai Musnahkan Jutaan Barang Ilegal Berbahaya
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More