Aku lagi jalan-jalan
Aku lagi ke Jawa
Aku lagi di kreta Anggrek
Aku lagi bersama adik dan mama
Papaku tidak ikut karena papaku kerja di kantor
Adikku terlihat gembira sekali
Mamaku juga terlihat gembira sekali
Aku juga gembira sekali
(Naiya, 21 Des 2019)
Pada 7 September jam 12.17 siang, tiga bulan setelah menerima komuni pertama, sang penulis kegembiraan itu berpulang. Berita itu menyebar cepat, diikuti badai air mata keluarga dan sahabat-sahabatnya. Sebagian sahabatnya merasa Naiya telah mengucapkan kata pamit. Dia mengayunkan lambaian tangan selamat tinggal pada mereka, kira-kira seminggu sebelum berita menyesakkan dada itu terjadi.
Penari mungil itu menutup tirai panggung selamanya. Kaki kecil yang lincah ditingkahi gelak tawa tak lagi kembali. Tetapi suaranya yang empuk masih berdendang, “…ingin rasanya satu hari lagi kubersamamu..” Sayang, satu hari itu tak lagi kembali.
Buat sahabatnya, Naiya dikenang sebagai sahabat terbaik. Buat adiknya, kakak terbaik. Buat keluarga dan kenalannya, Naiya adalah guru cilik yang mengajarkan bahwa kesibukan yang menjulang tidak harus menghentikan kegembiraan. Karena keduanya ada dalam satu koin. Sebab, kebahagiaan itu bukan nasib, tetapi pilihan. Kita bisa memilih keceriaan tulus tanpa beban atau lenyap ditelan himpitan jadwal kesibukan kota. Naiya menunjukkan bahwa koin itu bisa bergerak sekaligus.