Mengapa Kita Harus Kurangi Makan Daging

Bernadinus Steni (Penggiat Standar Berkelanjutan)

Pada 2018, penggunaan fosil fuel menyumbang 89 % dari emisi global. Sumbangan terbesar berasal dari batu bara yang mencapai 40 % dari total emisi global. Di samping itu, penggunaan batu bara juga mengemisi merkuri yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

Solusi dari bahan bakar kotor tersebut adalah energi terbarukan (renewable energy). Berbagai inisiatif revitalisasi industri dan pencarian energi terbarukan masih terus berlangsung. Tantangan utamanya adalah menemukan teknologi ramah lingkungan dan ramah biaya.

Dalam kasus di Amerika, misalnya, pakar energi Philip Rossetti menyebutkan investasi sebesar 5,7 Triliyun USD untuk membuat suplai dan penyimpanan energi di negara itu 100 % terbarukan. Angka itu lebih besar dari APBD setahun negeri Paman Sam yang tahun ini dipatok sebesar 4,79 Triliyun USD.

Selain berbiaya mahal, menghijaukan industri juga bertarung dengan konfigurasi politik yang pelik. Perusahaan-perusahaan minyak raksasa adalah pelobi politik yang handal.

Mereka tidak menerima begitu saja keputusan politik yang mengganggu dapur dan kelangsungan industri. Karena itu, kelompok-kelompok ini selalu merecoki kampanye politik. Seringkali sukses. Contohnya, kasus Trump saat ini.

BACA JUGA:
TAHUN 2022: Kick Off Kebangkitan Alam Untuk Indonesia Raya & Dunia (Bagian 2 dari 3 Tulisan)
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More