
Menduakan Cinta, Puluhan Suster dan Aktivis Kemanusiaan di Sikka Berlinangan Air Mata
Oleh Walburgus Abulat (Jurnalis, Kolumnis dan Penulis Buku)
Hal serupa disampaikan Suster Theresia, SSpS. “Saya menangis karena sedih dan ikut terharu dengan korban,” kata Suster Theresia.
Sementara Staf TRUK_F Maria Heny Hungan kepada media ini menjelaskan, ia sebelum seminar sudah mengingatkan penyintas untuk menyeringkan saja apa yang dia rasakan ketika mengakses layanan di TRUK_F.
“Penyintas yang ingin cerita biar peserta tahu bahwa KDRT itu bukan persoalan sepele. Ternyata dia tak kuat karena teringat peristiwa itu lagi (KDRT, Red), suaminya memiliki wanita idalam lain (WIL), sementara ia dan ketiga anaknya hidup susah dan mengalami kesulitan dalam hidup,” kata Ibu Heny Hungan.
Ibu Heny mengaku setelah mendapatkan pendampingan dari TRUK_F dan dukungan penuh dari keluarganya, maka korban pulih dan akhirnya saat ini penyintas sudah bekera di RS Santo Gabriel Kewapanta-RS milik Kongregasi SSpS. “Keluarga memberikan dukunan yang luar biasa sehingga korban bisa bangkit,” katanya.
Demikianlah salah satu pengalaman unik yang disyeringkan penyintas yang membuat puluhan suster dan aktivis kemanusiaan terlarut dalam kesedihan. Sebuah pengalaman yang unik baik soal masalah serius KDRT maupun pengalaman adanya wanita idaman lain atau pengalaman menduakan/berbagi cinta yang berujung perceraian yang disyeringkan Mama Daeda.Pengalaman ini sungguh mengusik dan menyakitkan hati penyintas apalagi ia harus menanggung hidup 3 buah hati dari pasangannya yang telah mengkianati Ikrar perkawinan “setia hingga maut memisahkan”.