Penuh Rasa Hormat
Bahkan menurut penetapan TPE, kita harus membungkukkan badan (tidak hanya sekadar menundukkan kepala) pada saat kita mengucapkan misteri itu di dalam Credo kita tepat pada saat kita mengucapkan frasa berikut ini: “…yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh Perawan Maria.” Penetapan itu berlaku untuk Perayaan Ekaristi hari Minggu biasa pada umumnya. Sedangkan khusus pada perayaan Ekaristi Natal gereja menetapkan bahwa kita mengucapkan hal itu dengan berlutut. Itu adalah sebuah tanda hormat yang sangat tinggi terhadap misteri inkarnasi itu. Sayang, belum semua gereja, dan belum semua pastor menyadari adanya penetapan seperti itu dalam TPE kita, dan karena itu mereka juga belum melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Padahal hal itu sangat penting dan mendasar.
Upaya Pengenalan Akan Allah
Selanjutnya Prefasi itu mengatakan bahwa sinar surgawi, yaitu Yesus Kristus sendiri menembus kabut yang selama ini telah menutup dan menyelimuti hati dan budi manusia. Agnostos Theos menjadi Gnostos Theos. “Allah yang tidak dikenal” menjadi “Allah yang dapat dikenal.” Itu semua dapat terjadi berkat peristiwa inkarnasi. Peristiwa inkarnasi ini mempunyai efek yang sangat besar bagi cakrawala penghayatan iman kita. Yaitu berkat peristiwa itu maka terbukalah sebuah cakrawala baru yang sangat luas terbentang dalam perspektif penghayatan iman dan pengharapan kita.
Terima kasih banyak, sudah memuat tulisan saya ini di sini… salam damai natal…